PESANTREN BINA INSAN MULIA KEDATANGAN PENDIRI BASIC ENGLISH COURSE DAN KAMPUNG INGGRIS-PARE

1

Setelah Sebelumnya mengirimkan salah satu lulusan BEC untuk mengajar di Pesantren Bina Insan Mulia, Mr. M. Kalend Osen, sang pendiri Kampung Inggris Pare, insya Allah akan mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon pada tanggal 19 s.d. 21 Oktober 2018.

Dalam Kunjungannya, beliau akan memberikan motivasi, tips dan trik dalam belajar Bahasa Inggris secara cepat dan mudah ala Pare kepada para santri. Beliau juga diagendakan akan menyampaikan pengalaman dan kesuksesannya dalam membangun sebuah kampung yang menjadi pusat pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia.

Perlu diketahui, Pesantren Bina Insan Mulia alhamdulillah berhasil menjalin kerjasama dengan Basic English Course (BEC) Pare guna membentuk English Area di Pesantren Bina Insan Mulia seperti yang sudah dilakukan pendirinya (Mr. M. kalend Osen) di Pare-Kediri. Beliau melalui putranya (Mr.Fuad), memberikan guideline guna membentuk kelas pengajar yang disebut English Squad (ES) yang mana menduplikasi Mastering System (MS) yang ada di BEC.

Kedepan Mr. Fuad (Putra Mr. Kalend) mengontrol jalannya kelas English Squad ini berjalan sebagaimana di BEC. Sehingga, duplikasi sistem yang ala BEC (PARE) dapat berjalan seperti aslinya. Mr. Fuad sendiri telah dijadwalkan akan mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia pada bulan November 2018 untuk melakukan coaching Clinic dan Controlling Program English Squad di Pesantren Bina Insan Mulia.


The Center of Excellence
________________________________
SEJARAH KAMPUNG INGGRIS PARE

Sejarah Kampung Inggris Pare berawal dari usaha keras yang dilakukan oleh Mr. M. Kalend Osen, pendiri lembaga kursus pertama di kampung inggris pare bernama BEC (Basic English Course). Mr. Kalend Osen (akrab dipanggil Mr. Kalend) adalah Pria kelahiran 4 Februari 1945 yang tampak sederhana namun begitu bersahaja.

Bermula pada tahun 1976 silam, Mr. Kalend merupakan santri asal Kutai Kartanegara yang tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur. Menginjak kelas lima, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tidak bisa menanggung biaya pendidikan. Bahkan, keinginannya untuk pulang kembali ke kampung halamannya gagal karena kekurangan biaya.

Dalam situasinya yang saat itu sedang sulit, seorang temannya memberitahu adanya seorang ustaz bernama KH Ahmad Yazid di Kecamatan Pare yang menguasai delapan bahasa asing. Mr Kalend kemudian berniat berguru dengan harapan setidaknya dapat menguasai satu atau dua bahasa asing darinya. Ia kemudian mulai tinggal dan belajar di Pesantren Darul Falah, Desa Singgahan, milik Ustaz Yazid.

Suatu hari, datang dua orang tamu mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, (Sekarang menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya). Maksud kedatangan dua mahasiswa ini adalah untuk belajar bahasa inggris dibawah bimbingan Ustaz Yazid sebagai persiapan mereka dalam menghadapi ujian negara yang akan diadakaan sekitar dua pekan lagi di kampus mereka.

Namun, saat itu Ustaz Yazid sedang pergi ke Majalengka karena suatu urusan sehingga kedua mahasiswa itu hanya bisa bertemu dengan ibu Nyai Ustaz Yazid. Entah dengan alasan apa, oleh Nyai Ustaz Yazid, kedua mahasiswa itu diarahkan untuk belajar dibawah bimbingan Mr Kalend yang belum lama menjadi santri di pesantren darul falah.

“Waktu itu saya sedang menyapu masjid dan dua mahasiwa itu menghampiri saya,” kata mr Kalend ke wartawan Kompas.

Dua mahasiswa itu kemudian memberi beberapa lembar kertas yang berisi 350 soal dalam bahasa inggris. Setelah itu, Mr Kalend kemudian memeriksa soal-soal itu dan meyakini dapat mengerjakannya lebih dari 60 persen. Kalend menyanggupi permintaan dua mahasiswa itu dan akhirnya mereka mulai melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan di serambi masjid area pesantren. Pembelajarannya cukup singkat, dilakukan secara intensif selama lima hari saja.

“Tak disangka, sebulan kemudian mereka (dua mahasiswa) kembali dan mengabarkan telah lulus ujian. Betapa bahagianya saya waktu itu,” kata Mr kalend saat ditemui wartawan Kompas.

Keberhasilan dua mahasiswa itu tersebar di kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dan banyak dari mereka akhirnya mengikuti jejak seniornya dengan belajar kepada Mr Kalend. Promosi dari mulut ke mulut pun akhirnya menjadi awal terbentuknya kelas pertama dalam sejarah kampung inggris pare.

Sejak saat itu, pada 15 Juni 1977 di desa Tulungrejo, Mr Kalend mendirikan lembaga kursus bernama BEC (Basic English Course) dengan enam siswa pada kelas perdana. Para siswa itu tidak hanya dibina dari segi kemampuan bahasa inggris, tapi juga dari segi ilmu agama.

Setelah hampir sepuluh tahun berjuang sendiri dalam menjalankan lembaga kursus BEC, akhirnya pada tahun 1990-an banyak alumni BEC kemudian termotivasi untuk mendirikan lembaga kursus sendiri untuk menampung para pelajar yang tidak dapat belajar di lembaga kursus BEC karena banyaknya pelajar, sehingga tidak bisa lagi ditampung oleh lembaga kursus BEC seorang diri.

“Kalau kita berkarya, hendaknya jangan dinikmati sendiri, alangkah baiknya kalau kita berkarya, lingkungan ikut menikmati” kata Mr Kalend saat wawancara dengan stasiun TV SCTV.

Pada tahun 2014, Mr Kalend Osen mendapatkan penghargaan Liputan 6 AWARDS dalam kategori Pendidikan dari Stasiun TV SCTV karena diakui telah berhasil merintis kampung inggris di kecamatan pare kabupaten kediri, menjadi tempat pembelajaran bahasa inggris terbesar di indonesia dan juga dengan adanya ratusan lembaga kursus di kanpung inggris pare, membuat perekonomian penduduk setempat mengalami peningkatan yang pesat.

Saat ini dan dimasa yang akan datang, Mr. Kalend Osend akan dikenal sebagai tokoh terpenting dalam sejarah kampung inggris pare.

Setelah Sebelumnya mengirimkan salah satu lulusan BEC untuk mengajar di Pesantren Bina Insan Mulia, Mr. M. Kalend Osen, sang pendiri Kampung Inggris Pare, insya Allah akan mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon pada tanggal 19 s.d. 21 Oktober 2018.

Dalam Kunjungannya, beliau akan memberikan motivasi, tips dan trik dalam belajar Bahasa Inggris secara cepat dan mudah ala Pare kepada para santri. Beliau juga diagendakan akan menyampaikan pengalaman dan kesuksesannya dalam membangun sebuah kampung yang menjadi pusat pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia.

Perlu diketahui, Pesantren Bina Insan Mulia alhamdulillah berhasil menjalin kerjasama dengan Basic English Course (BEC) Pare guna membentuk English Area di Pesantren Bina Insan Mulia seperti yang sudah dilakukan pendirinya (Mr. M. kalend Osen) di Pare-Kediri. Beliau melalui putranya (Mr.Fuad), memberikan guideline guna membentuk kelas pengajar yang disebut English Squad (ES) yang mana menduplikasi Mastering System (MS) yang ada di BEC.

Kedepan Mr. Fuad (Putra Mr. Kalend) mengontrol jalannya kelas English Squad ini berjalan sebagaimana di BEC. Sehingga, duplikasi sistem yang ala BEC (PARE) dapat berjalan seperti aslinya. Mr. Fuad sendiri telah dijadwalkan akan mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia pada bulan November 2018 untuk melakukan coaching Clinic dan Controlling Program English Squad di Pesantren Bina Insan Mulia.

The Center of Excellence
________________________________
SEJARAH KAMPUNG INGGRIS PARE

Sejarah Kampung Inggris Pare berawal dari usaha keras yang dilakukan oleh Mr. M. Kalend Osen, pendiri lembaga kursus pertama di kampung inggris pare bernama BEC (Basic English Course). Mr. Kalend Osen (akrab dipanggil Mr. Kalend) adalah Pria kelahiran 4 Februari 1945 yang tampak sederhana namun begitu bersahaja.

Bermula pada tahun 1976 silam, Mr. Kalend merupakan santri asal Kutai Kartanegara yang tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur. Menginjak kelas lima, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tidak bisa menanggung biaya pendidikan. Bahkan, keinginannya untuk pulang kembali ke kampung halamannya gagal karena kekurangan biaya.

Dalam situasinya yang saat itu sedang sulit, seorang temannya memberitahu adanya seorang ustaz bernama KH Ahmad Yazid di Kecamatan Pare yang menguasai delapan bahasa asing. Mr Kalend kemudian berniat berguru dengan harapan setidaknya dapat menguasai satu atau dua bahasa asing darinya. Ia kemudian mulai tinggal dan belajar di Pesantren Darul Falah, Desa Singgahan, milik Ustaz Yazid.

Suatu hari, datang dua orang tamu mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, (Sekarang menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya). Maksud kedatangan dua mahasiswa ini adalah untuk belajar bahasa inggris dibawah bimbingan Ustaz Yazid sebagai persiapan mereka dalam menghadapi ujian negara yang akan diadakaan sekitar dua pekan lagi di kampus mereka.

Namun, saat itu Ustaz Yazid sedang pergi ke Majalengka karena suatu urusan sehingga kedua mahasiswa itu hanya bisa bertemu dengan ibu Nyai Ustaz Yazid. Entah dengan alasan apa, oleh Nyai Ustaz Yazid, kedua mahasiswa itu diarahkan untuk belajar dibawah bimbingan Mr Kalend yang belum lama menjadi santri di pesantren darul falah.

“Waktu itu saya sedang menyapu masjid dan dua mahasiwa itu menghampiri saya,” kata mr Kalend ke wartawan Kompas.

Dua mahasiswa itu kemudian memberi beberapa lembar kertas yang berisi 350 soal dalam bahasa inggris. Setelah itu, Mr Kalend kemudian memeriksa soal-soal itu dan meyakini dapat mengerjakannya lebih dari 60 persen. Kalend menyanggupi permintaan dua mahasiswa itu dan akhirnya mereka mulai melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan di serambi masjid area pesantren. Pembelajarannya cukup singkat, dilakukan secara intensif selama lima hari saja.

“Tak disangka, sebulan kemudian mereka (dua mahasiswa) kembali dan mengabarkan telah lulus ujian. Betapa bahagianya saya waktu itu,” kata Mr kalend saat ditemui wartawan Kompas.

Keberhasilan dua mahasiswa itu tersebar di kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dan banyak dari mereka akhirnya mengikuti jejak seniornya dengan belajar kepada Mr Kalend. Promosi dari mulut ke mulut pun akhirnya menjadi awal terbentuknya kelas pertama dalam sejarah kampung inggris pare.

Sejak saat itu, pada 15 Juni 1977 di desa Tulungrejo, Mr Kalend mendirikan lembaga kursus bernama BEC (Basic English Course) dengan enam siswa pada kelas perdana. Para siswa itu tidak hanya dibina dari segi kemampuan bahasa inggris, tapi juga dari segi ilmu agama.

Setelah hampir sepuluh tahun berjuang sendiri dalam menjalankan lembaga kursus BEC, akhirnya pada tahun 1990-an banyak alumni BEC kemudian termotivasi untuk mendirikan lembaga kursus sendiri untuk menampung para pelajar yang tidak dapat belajar di lembaga kursus BEC karena banyaknya pelajar, sehingga tidak bisa lagi ditampung oleh lembaga kursus BEC seorang diri.

“Kalau kita berkarya, hendaknya jangan dinikmati sendiri, alangkah baiknya kalau kita berkarya, lingkungan ikut menikmati” kata Mr Kalend saat wawancara dengan stasiun TV SCTV.

Pada tahun 2014, Mr Kalend Osen mendapatkan penghargaan Liputan 6 AWARDS dalam kategori Pendidikan dari Stasiun TV SCTV karena diakui telah berhasil merintis kampung inggris di kecamatan pare kabupaten kediri, menjadi tempat pembelajaran bahasa inggris terbesar di indonesia dan juga dengan adanya ratusan lembaga kursus di kanpung inggris pare, membuat perekonomian penduduk setempat mengalami peningkatan yang pesat.

Saat ini dan dimasa yang akan datang, Mr. Kalend Osend akan dikenal sebagai tokoh terpenting dalam sejarah kampung inggris pare.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *