TRIBUNNEWS.COM, CIREBON – Pesatnya kemajuan tehnologi telah mengubah berbagai tatanan kehidupan ini mendapatkan perhatian serius dari Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon.

Utamanya terkait dengan bagaimana menciptakan respon yang tepat untuk sebuah perubahan yang sedahsyat sekarang.

“Sebagai lembaga yang menerima amanat untuk menyediakan layanan pendidikan agama (tafaqquh fiddin), mengembangkan dakwah, dan mengembangkan masyarakat, maka pesantren perlu menciptakan respon yang kreatif terhadap perubahan”, kata Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli, Lc., MA.

Berdirinya SMK Broadcast Pertelevisian Bina Insan Mulia menjadi respon yang nyata terhadap perubahan itu.

SMK ini beroperasi sejak tahun 2012 dan menjadi SMK berbasis pesantren pertama di Indonesia.

Menurut Kyai Imam Jazuli, SMK Broadcast Pertelevisian Bina Insan Mulia, sebagai salah satu unit pendidikan di bawah Pesantren Bina Insan Mulia, harus berbeda dengan SMK pada umumnya.

Tujuan utama SMK ini bukan membekali santri-santri dengan keahlian professional di bidang broadcast dan pertelevisian semata.

Ini nomer dua. Tujuan utamanya adalah membekali mereka berbagai cara berdakwah di masyarakat nanti dengan menggunakan skill mereka di bidang broadcasting dan pertelevisian.

“Setelah menyelesaikan dari SMK ini bisa saja mereka ada yang jadi artis, host, programmer acara, penyanyi, menjadi tenaga professional atau pengusaha di bidang pertelevisian, namun di atas dari semua itu, Pesantren Bina Insan Mulia telah menanamkan kesadaran identitas bahwa mereka adalah santri yang punya tanggung jawab untuk berdakwah di masyarakat”, tegas Kyai Imam Jazuli.

Dari tangan-tangan kreatif santri SMK  Broadcast Pertelevisian Bina Insan Mulia ini telah lahir banyak lagu.

Di penghujung tahun 2017 kemarin, mereka meluncurkan album Sang Kyai yang di dalamnya memuat 4 lagu dengan genre yang bermacam-macam, mulai dari pop, reggae, dangdut, dan rock and roll.

Minat santri pada program SMK ini terbilang bagus. Dari jumlah 1000 santri yang belajar di Pesantren Bina Insan Mulia, 200 dari mereka bersekolah SMK ini.

Agar kiprah mereka di masyarakat nanti dapat menjangkau kebutuhan lokal dan global, selain dibekali pendidikan keislaman ala pesantren, seperti Al-Quran, Al-Hadist, dan penguasaan berbagai Kitab Kuning, mereka juga diwajibkan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi harian.

Bahasa Inggris dijadikan materi penting karena, menurut Dr. Ubaydillah, Direktur BIM Training Center, Pesantren Bina Insan Mulia, kebutuhan dunia terhadap dai-dai yang bisa menguasai materi keislaman dan tehnologi cukup tinggi.

PESANTREN BINA INSAN MULIA CIREBON SIAPKAN SANTRI-SANTRI PROFESSIONAL BIDANG BROADCAST PERTELEVISIAN
PESANTREN BINA INSAN MULIA CIREBON SIAPKAN SANTRI-SANTRI PROFESSIONAL BIDANG BROADCAST PERTELEVISIAN (Istimewa)

Masjid, kampus, dan sejumlah Islamic center di berbagai negara membutuhkan dai seperti itu. Dan syarat utamanya harus bisa bahasa Inggris.

Setelah berjalan 4 tahun lebih, lulusan SMK Broadcast Pertelevisian Bina Insan Mulia ternyata bisa diterima di berbagai kampus bergengsi, baik di dalam dan di luar negeri, baik di bidang yang terkait dengan pertelevisian atau di bidang keislaman.

Ada yang diterima di Al-Azhar Cairo, Rajamanggala University of Tehcnology, Thailand, dan International Islamic University of Malaysia.

Dengan pengalaman ini, KH Imam Jazuli, Lc., MA., ingin berbagi kepada seluruh pimpinan pesantren di Indonesia bahwa pesantren perlu memberikan ruang bagi berlangsungnya pendidikan vokasi sebagai tiket professional para santri, namun  tetap harus menomersatukan kesadaran sebagai santri.

“Jadi istilahnya adalah mem-pesantren-kan pendidikan vokasi, bukan memvokasikan pesantren”, tambahnya.

 

http://www.tribunnews.com/nasional/2018/01/18/pesantren-bina-insan-mulia-cirebon-siapkan-santri-profesional-di-bidang-broadcast-pertelevisian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *